Fruity Peach Heart -*- Nailiz Menulis -*-: Mei 2011
Inspirasi Nailiz

Aku bener-bener lupa jam 00.00 dini hari untuk mengucapkan ulang tahun buat adikku yang satu ini. ya! dia adik pertamaku, sekarang ia usianya sekarang duapuluh tiga tahun. Pagi-pagi selesai mandi aku bingung, bagaimana cara aku mengucapkan padanya, aku udah telat. ah segera aku pura-pura tidak tahu. sibuk sendiri dengan Ibu' untuk persiapan ini. Ibu beli jajan banyak sekali untuk kado, aku sibuk mencari kertas tulisan ucapan selamat yang tadi malam dilihat oleh Ibu dan ketinggalan di kamar Ibu.

"Mbak..." ibu memanggilku. Aku bergegas langsung menuju kamar Ibu. Ketemu! suara lirih itu aku ucapkan dan langsung saja aku masukkan ucapan itu dalam kado yang akan kuberikan untuk adikku.
Ganti baju dan siap-siap akan berangkat ke sekolah, aku diberi kode sama Ibu. Ibu memberikan jajan yang banyak itu yang dibungkus dengan kardus roti "purimas" yang besar.
"SLAMAT ULANG TAHUN" seru Ibu sambil memberikan kado ke Inung yang masih sarapan didepan. saat itulah aku baru berani mengungkapkan "SLAMAT ULANG TAHUN MBAK INUNG" sambil kado tas dari Ibu aku berikan.

Inung tampak senang sekali mendapat semua itu, Ibu sengaja memberikan pagi hari karena jajan itu biar ia bagikan ke teman-teman kuliahnya sedangkan tas yang aku bungkus biar bisa ia pakai pagi ini untuk kuliah.

dari kiri Qorin, Ibu, Arwani, Inung

Suasana semakin rame, Qorin, Syakir, Arwani, Ibu, dan aku semua berkumpul seperti acara besar, padahal tidak ada hiasan layaknya orang-orang yang merayakan ulang tahun keluarganya. Tapi dengan kebersamaan kita, serasa menjadi istimewa dan mewah di pagi ini. Acara ini ditutup dengan sarapan nasi megono tahu dan tempe goreng sepiring bersama.

Aku merasa perayaan ini megah, jujur aku iri dengan semua ini. semua yang spesial selalu tertuju untuk Inung. perhatian lebih Ibu untuk Inung, ataupun perhatian lebih Abah, selalu untuk Inung. Aku tahu Inung punya kekurangan fisik, tapi bukan berarti aku harus menerima berat ini. Semua yang aku dapat atas usaha sendiri. Aku bangga bisa seperti ini, namun aku merasa kurang, kurang kasih sayang.

Yang membuat aku merasa semakin kurang adalah aku dikaruniai wajah yang tidak secantik Inung, aku juga tidak kreatif, aku tahu semua kekuranganku, namun aku hanya bisa berusaha agar tampak sempurna. Tuhan pasti tau dan memberikan yang terbaik. Aku pasrah!
--- Selamat Ulangtahun Adikku sayang ---

Selengkapnya...

Inspirasi Nailiz

Hari ini SMP ku upacara, seperti biasa jika ada upacara aku dapat bagian untuk menjadi petugas UKS. Di UKS aku ditemani Azmi, anak kelas VIII E yang langganan masuk UKS, jadi anak itu sekarang direkomendasikan untuk langsung ke UKS saja. Dia punya penyakit lambung yang kronis dan kata dr. Sofa (dokter di Puskesmas Tondano yang pernah memeriksa Azmi), dia juga punya penyakit psikis.
Hari ini adalah Senin yang kedua kalinya aku mengajak Azmi ke UKS, dia anaknya lugu dan lucu. Hari ini dia agak batuk.


“Azmi sudah sarapan?” sambil jalan menuju UKS aku menanyakan itu.
“sudah” jawaban dia singkat
“pake lauk apa?” tanyaku kembali walaupun terkesan basa basi
“Nasi Megono (khas Kota Pekalongan) dan tempe” jawabnya sambil senyum
“wah enak sekali lauknya, aku malahan belum sarapan” obrolanku untuk mencairkan keadaan sambil membuka pintu UKS.
Di dalam UKS tingkahnya unik, seperti anak kecil yang masuk ruang asing yang tidak pernah ia kenal, diam. Membuka tirai jendela yang ia lakukan atas seijinku kemudian kembali diam.
“Aku beli susu tapi cuma satu, enggak papa ya aku minum sendiri” dia hanya menjawab dengan senyum.
Dari balik jendela dia melihat teman-temannya yang sedang mengikuti upacara, lama ia pandang kemudian kembali duduk di bawah jendela. Tempat dimana ia selalu duduk jika ia masuk ke UKS saat upacara.
Upacara hampir selesai, ada dua anak perempuan menuju UKS didampingi Pak Zainudin (BP kelas IX), satu anak mukanya ditutup dengan kerudung putihnya, yang terlihat hanya matanya saja, satunya lagi mukanya pucat dan berkeringat. Setelah masuk UKS, Pak Zainudin pergi.
Azmi langsung mengambil buku skrining UKS, dalam hati aku tertawa sendiri. Bukannya ditanya apa yang dirasakan dulu malahan ambil buku, hahaha. Tapi enggak papa, aku seneng dia sudah bisa tanggap. Setelah selesai mengondisikan dua anak itu, Azmi berdiri mengintip di pintu. Aku disebelahnya mengamati upacara berlangsung. Waktu ada aba-aba ‘kepada pembina upacara, hormat grak!’ respon Azmi mengangkat tangan mengikuti aba-aba yang diberikan pemimpin upacara, padahal tangan yang satunya masih memegang daun jendela sebelah pintu. Tertawa geli tapi tidak bisa aku ungkapkan hanya dalam hati saja.
Azmi anak baik, dia anak lucu dan dia juga punya jiwa sosial yang tinggi. Tapi sayang, orang di lingkungan keluarganya kurang mendukung untuk ia berkembang. Mereka hanya melakukan rutinitas saja tanpa memberikan kasih sayang dan perhatian yang pantas diberikan untuk Azmi. Tapi aku suka Azmi, ia sudah mulai bisa jujur dan mau bercerita denganku walau aku harus bertanya dulu.
Selengkapnya...

Inspirasi Nailiz

Aku agak malas-malasan bangun pagi ini, ingin rasanya tidur kembali. Jam 01.30 wib aku baru dapat terlelap, jam kamarku menunjukkan pukul 04.25 wib, tapi masih saja diliputi rasa kantuk. Aku hanya membolak-balikkan badanku, rasanya kurang untuk istirahat. Hapeku berdering... aku lihat sms dari Nina,
"Bund, mau berangkat jam berapa?" aku berlagak pilon dengan sms itu, aku balas saja
"emang ada apa sich Nin?"&bsp;tak lama ia menjawab sms ku kembali

"loh, bukane hari ini jam 05.30 wib ada piket di Mataram bareng Mbak Dini?"
senyumku tanpa dosa dan aku balas kembali "oiya Nin, hehe lupa, aku baru mau bangun"
Nina membalas smsku kembali, "yudah Bund, buruan mandi"
sms itu tak aku balas. Jam 5 buru-buru aku menyiapkan baju dan celana yang harus aku ambil di rumah belakang, duh malu banget.. lewat luar para tetangga udah pada dandan mau mingguan. Tapi aku tetep pede aja ah. "Wooo Ahhh..." aku manggil budeku karena aku tahu budeku pasti udah bangun. Terdengar suara percikan air dari kamar mandi "Lah kebon wis tak buka si...?" suara wo'ah dari dalam berseru, pikiranku agak kacau, antara aku kembali dan lewat kebun dengan aku tetap menunggu sampai pintu terbuka. tapi masa' aku harus balik lagi kesana sich? Wo Ah baik, jadi tanpa harus aku puter balik, aku dibukakan pintu. Dengan alasan apapun, aku tetap gamau lewat kebun, tapi akhirnya dengan banyak pertimbangan karena baju yang aku bawa banyak jadi aku harus lewat kebun. malu bawa baju banyak lewat jalan umum.
***
Aku menyerah, akhirnya jam 6 aku minta anterin Qorin buat ambil tas PP dan sepeda yang ada di Sanggar Kwarcab, kemarin aku tinggal. Aku ngerasa kejem banget sama Qorin, dia mau berangkat sekolah tapi aku paksa untuk nganter. Ya walaupun Qorin enggak ngerasa terpaksa tapi aku gelisah dan enggak enak dewe. Qorin terlalu baik untukku seusianya yang masih SMP kelas VII. Adikku satu ini bagiku istimewa, ah tulusnya dia, sampai sanggar Nina telpon dan nyuruh aku langsung ke Lapangan Mataram, memang jarak antara sanggar Kwarcab dengan Lapangan Mataram tidak begitu jauh. Aku terlalu tega untuk meninggalkan dia kembali sendiri dengan membawa sepeda tua yang biasa dipakai Inung. (Ahhh... aku hanya bisa ngomong, maafkan aku Qorin). Dia kembali kerumah sendiri.
Kata Nina di lapangan Mataram sudah ada Mustaqim, sembari jalan menuju Lapangan Mataram aku sms Taqim, kutemui dia di Pendopo, ternyata disana sudah ada Taqim dan Pak Ichwanudin. Enggak lama ambulan PMI datang, tas ransel aku taruh di mobil. Tinggal tas PP aja yang aku bawa ke Lapangan. Acaranya Senam Sehat Indonesia dalam rangka memperingati Hari lanjut Usia. Peserta senam semuanya orang tua, beberapa yang muda karena mengantar atau menemani.
Acara akan dimulai, semua bagi tugas dan berpencar, Aku dan Nina bareng... karena dilihat kondisinya tidak ada masalah, aku dengan Nina ngobrol aja ngalor ngidul di belakang yang pada senam. Banyak sekali sambutan-sambutan yang memakan waktu hingga senam mulai terlalu siang. Biasanya setiap hari Minggu lapangan Mataram dipenuhi orang jualan keliling yang mangkal, hari ini sepi dari yang jualan. Bahkan Satpol PP tampak menyita barang dagangan mereka karena berani berjualan di sekitar lapangan. Ya, hari Minggu ini pasar minggu mataram pindah ke selatan komplek gedung DPRD, depan plang kantor walikota.
Nina tampak gelisah karena jam 8.30 wib dia akan ikut pelantikan Pemuda Muhammadiyah di aula kantor Walikota. Senam kelar, kita masuk buat ambil kacang ijo, setelah kita makan Nina buru-buru ngajak ganti pakaian, entah pagi ini aku ada rasa apa, aku agak sewot dan garang, tapi aku coba kendalikan. ambil ransel Nina yang di mobil ambulan dan ngajak aku nemenin ganti di Masjid dalam komplek. Mbak Dini dkk mbantu jaga pengambilan sembako. Lumayan lama sambil Nina sms-an yang kulihat Nina sms-an ma teman-teman yang akan ikut pelantikan juga. Lama nunggu ia dandang badan terasa pegel semua, operasi buka pesan masuk gagal, aku menghapus satu persatu pesan terkirim, tiba-tiba nomor Mbak Dini muncul, ternyata yang telpon mas Rozak ngajak pulang. Dalam hatiku ngomong, tapi Nina kok kayaknya masih lama ya? tapi aku enggak bisa ninggalin dia.
"Nin, kamu sms temanmu aja suruh nemenin disini" aku ngomong gitu karena aku mikir setelah Nina selesai pasti aku jalan sendiri keluar. Ahhh... ternyata Tuhan masih menguji kesabaranku. Aku menungguinya sampai selesai. Tak apalah aku biasa seperti ini. Akhirnya aku memutuskan untuk sms Mbak Dini agar aku ditinggal saja dan aku nyusul ke Markas PMI. Nina selesai aku langsung keluar, Nina masuk untuk ikut Pelantikan. Ternyata mereka masih menungguku dengan alasan setelah sampai markas akan pulang langsung dan kata terakhir mas Rozak adalah "Liz, PMI jek utang koe rongpuluh ewu yo? ngko sms-an puo" aku jawab "Yo, rag popo mas, nyante ae" wah padahal dihati rasanya bingung dan gelisah. Aku butuh banget duit, tapi kalo udah kaya' gini mau gimana lagi? PASRAH!

Tuhan memang masih menguji kesabaranku, karena aku banyak lalai pada-Nya. Betapa sayang-Nya padaku, hingga aku lalai pun masih selalu diingatkan. Yaa Arkhamarrohimin... irhamna....

Selengkapnya...

Inspirasi Nailiz

Alhamdulillah... akhirnya saya membuat rumah disini. mungkin rumah ini akan saya biarkan orang mengenal sendiri dengan isi hati saya disini. Saya hanya meluapkan apa yang ada di pikiran saya dan saya ingin berbagi cerita dengan siapa saja yang membaca blog saya. Banyak kisah yang tidak mungkin saya ungkap semua dengan bercerita dengan teman karena saya tidak ingin membebani teman dengan semua permasalahan yang saya rasakan namun besar kemungkinan saya akan menerima apa yang teman ingin ceritakan kepada saya.

Terimakasih saya ucapkan kepada :
  1. Allah Swt. karena atas ijin-Nya saya diberi akal dan pikiran yang dapat dikembangkan, kumohon keridlo-an dari-Mu ya Allah atas ilmu yang Engkau anugerahkan kepadaku, kuingin manfaat dari setiap ilmu yang Engkau beri untuk dapat aku sampaikan kepada umat. Amien
  2. Abah dan Ibu yang selalu membimbingku...
  3. Adik-adikku yang memberikan aku inspirasi, Inung, Iil, Surur, Syakir, Qorin, Arwani.
  4. Qorinku... semoga sayangmu abadi. 
  5. Bude2ku yang selalu memberi semangat untukku.
  6. Pak Hakim, yang selalu memotivasi dan memberikan semangat untuk setiap nafas hidupku.
  7. Om2 Budi Maryono yang selalu memberikan semangat dan motivasi untukku menulis.
  8. Seseorang yang membukakan jalan untuk bisa menerima. Thanks pujian, suport, dan perhatianmu.
  9. dan... semuanya yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu yang telah memotivasi  dan memberikan semangat kepadaku hingga saya dapat bertahan sampai sekarang.
Kuingin ukir kisah ini menjadi tulisan yang abadi bersama rintihan nyawa yang tersenyum.  dan aku juga ikut tersenyum mengiringi langkah nyawa-nyawa yang terbang, yang telah merasakkan sejuknya kedamaian karena teman dan aku ingin yang terbaik menjelang duapuluhlima tahun usiaku.

Wassalam...
Selengkapnya...

...
Inspirasi Nailiz

HARI INI, tidak ada yang istimewa bagiku. Walaupun aku bahagia bisa sembuh dari sakitku hanya saja masih tersisa sedikit ingus yang menggumpal di hidung dan pencernaanku yang kudu dalam terapy. Tak ada yang istimewa karena penuh sebal rasa ini. Menunggu menunggu dan menunggu tak jua hadir. tapi tak apa,,, aku tetep kudu fight menghadapi semua ini. Semangat!!! dan Hidup Pecundang!!!
Selengkapnya...

Inspirasi Nailiz

Masih ada gugusan rindu yang masih bertahan di hati, tetapi apakah mungkin akan mekar di saat yang aku inginkan? entahlah... semakin lama semakin menggelayut di hati dan semakin memberat. Tak kusangka diri ini tak pernah punyai rasa rindu bila tak jua bertemu ataupun rasa yang khas dimiliki setiap insan yang rindu. tapi lisan ini kosong akan rindu, rasa ini tak merindui, hanya di hati ada gugusan rindu yang tak mungkin aku elakkan.

Kepada siapakah gugusan rindu ini akan mekar? aku pun tak tahu, semua gambaran tentang hati yang gundah membuatku hilang akan rasa, namun aku heran, mengapa gugusan rindu ini mampu bertahan sekian lamanya? aku semakin memahami tentang jalan yang kau tunjukkan untukku dan aku simpulkan pada puisi yang kosong.

duhai gugusan rindu dihati
tunjukkan keelokanmu pada negeri
agar kembang-kembang cinta mekar berseri
menghias indah warna-warni lukisan Ilahi

duhai gugusan rindu dihati
aku ingin sukmamu mengoyak kalbu
tampakkan rupamu agar dunia tak lagi malu
melantunkan tembang-tembang rindu

duhai gugusan rindu dihati
aku sampaikan pada pejuang hati
yang tak pernah lelah berjuang hingga tertatih
untuk berteriak dan berucap

(Zillian)
Selengkapnya...

Inspirasi Nailiz

Aku lelah melewati pengembaraan hati ini
Aku jera menyuguhkan rasa ini
Kini, aku hanya sebatang lidi yang tak berarti
Menelanjangi sisa-sisa waktu ini

Aku ingin tak terbungkus kafan
namun tetap terkubur dalam bumi
Aku ingin terjerat lidi yang tak menyakiti
Agar kutemui jalan yang pasti

Bila masih ada rasa dalam jiwa
aku ingin bergejolak membawa asa
Kuingin ketulusan dalam lubuk hati
Kuingin rasa yang terdalam
bukan hanya IBA

Agar lelahku beralasan
Agar jiwaku tak beringasan
Agar lelahku menjadi sempurna
Bersama jiwa yang tiada pernah letih
Menemani lelah dan indahku

(Zilian)
Selengkapnya...