Aku agak malas-malasan bangun pagi ini, ingin rasanya tidur kembali. Jam 01.30 wib aku baru dapat terlelap, jam kamarku menunjukkan pukul 04.25 wib, tapi masih saja diliputi rasa kantuk. Aku hanya membolak-balikkan badanku, rasanya kurang untuk istirahat. Hapeku berdering... aku lihat sms dari Nina,
"Bund, mau berangkat jam berapa?" aku berlagak pilon dengan sms itu, aku balas saja
"loh, bukane hari ini jam 05.30 wib ada piket di Mataram bareng Mbak Dini?"
senyumku tanpa dosa dan aku balas kembali "oiya Nin, hehe lupa, aku baru mau bangun"
Nina membalas smsku kembali, "yudah Bund, buruan mandi"
sms itu tak aku balas. Jam 5 buru-buru aku menyiapkan baju dan celana yang harus aku ambil di rumah belakang, duh malu banget.. lewat luar para tetangga udah pada dandan mau mingguan. Tapi aku tetep pede aja ah. "Wooo Ahhh..." aku manggil budeku karena aku tahu budeku pasti udah bangun. Terdengar suara percikan air dari kamar mandi "Lah kebon wis tak buka si...?" suara wo'ah dari dalam berseru, pikiranku agak kacau, antara aku kembali dan lewat kebun dengan aku tetap menunggu sampai pintu terbuka. tapi masa' aku harus balik lagi kesana sich? Wo Ah baik, jadi tanpa harus aku puter balik, aku dibukakan pintu. Dengan alasan apapun, aku tetap gamau lewat kebun, tapi akhirnya dengan banyak pertimbangan karena baju yang aku bawa banyak jadi aku harus lewat kebun. malu bawa baju banyak lewat jalan umum.
***
Aku menyerah, akhirnya jam 6 aku minta anterin Qorin buat ambil tas PP dan sepeda yang ada di Sanggar Kwarcab, kemarin aku tinggal. Aku ngerasa kejem banget sama Qorin, dia mau berangkat sekolah tapi aku paksa untuk nganter. Ya walaupun Qorin enggak ngerasa terpaksa tapi aku gelisah dan enggak enak dewe. Qorin terlalu baik untukku seusianya yang masih SMP kelas VII. Adikku satu ini bagiku istimewa, ah tulusnya dia, sampai sanggar Nina telpon dan nyuruh aku langsung ke Lapangan Mataram, memang jarak antara sanggar Kwarcab dengan Lapangan Mataram tidak begitu jauh. Aku terlalu tega untuk meninggalkan dia kembali sendiri dengan membawa sepeda tua yang biasa dipakai Inung. (Ahhh... aku hanya bisa ngomong, maafkan aku Qorin). Dia kembali kerumah sendiri.
Kata Nina di lapangan Mataram sudah ada Mustaqim, sembari jalan menuju Lapangan Mataram aku sms Taqim, kutemui dia di Pendopo, ternyata disana sudah ada Taqim dan Pak Ichwanudin. Enggak lama ambulan PMI datang, tas ransel aku taruh di mobil. Tinggal tas PP aja yang aku bawa ke Lapangan. Acaranya Senam Sehat Indonesia dalam rangka memperingati Hari lanjut Usia. Peserta senam semuanya orang tua, beberapa yang muda karena mengantar atau menemani.
Acara akan dimulai, semua bagi tugas dan berpencar, Aku dan Nina bareng... karena dilihat kondisinya tidak ada masalah, aku dengan Nina ngobrol aja ngalor ngidul di belakang yang pada senam. Banyak sekali sambutan-sambutan yang memakan waktu hingga senam mulai terlalu siang. Biasanya setiap hari Minggu lapangan Mataram dipenuhi orang jualan keliling yang mangkal, hari ini sepi dari yang jualan. Bahkan Satpol PP tampak menyita barang dagangan mereka karena berani berjualan di sekitar lapangan. Ya, hari Minggu ini pasar minggu mataram pindah ke selatan komplek gedung DPRD, depan plang kantor walikota.
Nina tampak gelisah karena jam 8.30 wib dia akan ikut pelantikan Pemuda Muhammadiyah di aula kantor Walikota. Senam kelar, kita masuk buat ambil kacang ijo, setelah kita makan Nina buru-buru ngajak ganti pakaian, entah pagi ini aku ada rasa apa, aku agak sewot dan garang, tapi aku coba kendalikan. ambil ransel Nina yang di mobil ambulan dan ngajak aku nemenin ganti di Masjid dalam komplek. Mbak Dini dkk mbantu jaga pengambilan sembako. Lumayan lama sambil Nina sms-an yang kulihat Nina sms-an ma teman-teman yang akan ikut pelantikan juga. Lama nunggu ia dandang badan terasa pegel semua, operasi buka pesan masuk gagal, aku menghapus satu persatu pesan terkirim, tiba-tiba nomor Mbak Dini muncul, ternyata yang telpon mas Rozak ngajak pulang. Dalam hatiku ngomong, tapi Nina kok kayaknya masih lama ya? tapi aku enggak bisa ninggalin dia.
"Nin, kamu sms temanmu aja suruh nemenin disini" aku ngomong gitu karena aku mikir setelah Nina selesai pasti aku jalan sendiri keluar. Ahhh... ternyata Tuhan masih menguji kesabaranku. Aku menungguinya sampai selesai. Tak apalah aku biasa seperti ini. Akhirnya aku memutuskan untuk sms Mbak Dini agar aku ditinggal saja dan aku nyusul ke Markas PMI. Nina selesai aku langsung keluar, Nina masuk untuk ikut Pelantikan. Ternyata mereka masih menungguku dengan alasan setelah sampai markas akan pulang langsung dan kata terakhir mas Rozak adalah "Liz, PMI jek utang koe rongpuluh ewu yo? ngko sms-an puo" aku jawab "Yo, rag popo mas, nyante ae" wah padahal dihati rasanya bingung dan gelisah. Aku butuh banget duit, tapi kalo udah kaya' gini mau gimana lagi? PASRAH!
Tuhan memang masih menguji kesabaranku, karena aku banyak lalai pada-Nya. Betapa sayang-Nya padaku, hingga aku lalai pun masih selalu diingatkan. Yaa Arkhamarrohimin... irhamna....