Fruity Peach Heart -*- Nailiz Menulis -*-: Februari 2012
Inspirasi Nailiz

Kala itu, aku memang masih terpenjara dalam kegelapan, tanpa kutemui fajar yang 'tertnyata' setiap hari menyapaku dengan penuh semangat. Ya! hanya gelap yang aku rasa dan tiba-tiba mengenal terang dalam bayang.
Namaku, Sunayya. Orang biasa memanggilku Nay. Ini adalah awal dari perjalananku lepas dari penjara manusia. Bebas, lepas karena manusia hanya seonggok nafas jiwa yang tersesat. Tersesat di penjara ini. Disaat mereka asik dengan kehidupannya, aku hanya bisa merasakan pahitnya tersiksa.
"Manusia rakus!"
Walau kusadari ternyata aku lebih rakus dari manusia. Jiwaku terkumpul dari sisa renik yang bernyawa maya, namun aku suka. Jika aku lapar, makananku adalah diriku sendiri tanpa sisa kemudian tumbuh lagi jika aku merasa lapar. Hal itu terjadi berabad-abad sebelum Surayya, si cantik itu lahir.
Bersamaan dengan Surayya lahir, ada seberkas sinar yang menusuk jantungku dan membuat keras jiwaku. Sehingga ia tak pernah habis untukku makan, Walau masih saja RAKUS! lama-lama sinar itu semakin luas, dan aku mampu melihat wujud nyata manusia. Mereka bergerak sama memenuhi altar yang dihiasi dengan hijau.

"Itu masjid"
Surayya cantik menunjukkan lalu mengajakku mendekati mereka. Aku menolak. Aku takut bertemu dengan manusia lagi seperti di penjara. Eh eh sebentar. ini bukan manusia yang aku lihat di penjara itu. manusia ini kecil dan sepertinya lemah dan mudah aku injak.
"Sabarlah, Nay. Mereka punya kekuatan mahadahsyat daripada yang pernah kau temui"
Aku tak percaya. Kuinjak kerumunan manusia kecil setelah itu aku akan mengobrak-abrik mereka dari persekutuan. Tapi DAHSYAT! belum sampai kakiku menginjak, sinar yang muncul dari tiap jiwa mereka mendorongku terpental hingga ribuan meter.
Aku terbaring lemas pada sesosok manusia yang masih berperilaku sama dengan sebelumnya. Karena hanya satu, akan kugenggam dia. namun belum sampai tanganku menyentuhnya, aku mendengar suara: Suara itu merdu. Aku belum pernah mendengarnya. Tanganku jadi terhenti dan aku hanya diam memperhatikan tiap suara yang manusia itu ucapkan.

Banyak kudengar kata "Allah" dan "Dluha". Siapa mereka hingga selalu disebut manusia itu?
Setiap hari Surayya semakin mengikuti mereka. Aku berhenti dalam tiap nafas manusia. Apa keistimewaan makhluk kecil itu hingga mampu memancarkan cahaya?
Dluha, Dluha, Dluha aku mengingat kata itu. Semakin dapat kumelihat manusia dan 'mungkin' itu istana mereka. Menirukannya membuat aku merasa sempurna dalam terang. Ya! dari Pancaran Dluha.
Selengkapnya...

Inspirasi Nailiz

Assalamualaikum Wr. Wb
Semoga kebaikan dan keridloan selalu bersamamu dan kuharap dirimu selalu sehat wal ‘afiyah dan selalu pula dalam lindungan Allah Swt. Amien...

Masih teringat selalu saat-saat kita bersama, walau itu singkat namun terasa lama untuk mengukir semua kisah itu. Candamu, senyummu, manjamu, dewasamu, kasih sayangmu, dan semua yang ada dalam dirimu masih lekat dalam ingatanku.

Aku juga masih ingat saat

  1. Pertama kali kita berkomitmen, kita sudah mengantisipasi adanya hal-hal yang mungkin terjadi, sehingga kita bersepakat untuk mengatakan apapun yang menjadi beban kita. Agar mudah kita menyelesaikannya.
  2. Kau katakan apa yang kamu resahkan, bukan sebuah masalah yang harus kamu tanggung sendiri karena kau bisa berbagi denganmu sehingga masalahmu menjadi ringan kau pikul.
  3. Kau melarangku memanggilmu “Dhitan” dan akhirnya kau panggil aku “yank” walau tak hanya aku yang kau panggil dengan kata-kata itu.
  4. Kata-kata “so sweet” itu muncul dari dalam dirimu, dan yang kamu saat itu tak percaya kalau kau bisa “so sweet” walau sebenarnya aku sudah merasa kau beri yang “so sweet”.
  5. Kamu merasa bingung ketika kau instal ulang komputer ternyata ada file lagu manca yang terhapus dan kamu tidak tahu, kamu disalahkan. Taukah kau? Aku sangat bahagia ketika kau mau cerita dan kita bisa memecahkan solusi bersama dan aku juga bahagia melihat kau tak gelisah lagi.
  6. Malam hari kau telpon aku dan menangis, taukah kau... aku juga sangat bahagia karena kau mau mengatakan apa yang kamu rasa kepadaku.
  7. Aku pikir, aku adalah wanita yang paling beruntung bisa berkomitmen denganmu.
  8. Jarimu terjepit pintu, kamu dengan manjanya menceritakan kejadian itu padaku.
  9. Kau menengok temanmu yang baru melahirkan, kau telpon aku dan kau menceritakan tentang bayinya.
  10. Kau mengingatkanku teks lagu yang aku tak bisa waktu karaoke dengan sabar kmd kau juga menyuruhku keluar dengan halus ketika ku bermain kursi karena kau khawatir kursi itu rusak karenaku.
  11. Kau memperkenalkanku dengan sebagian keluargamu, 
  12. Kau memperkenalkanku dengan teman-temanmu
  13. Kau genggam tanganku
  14. Kau tertidur di pangkuanku
  15. Kau mengajakku kerumahmu
  16. Kau memperkenalkanku pada mas Herry... orang yang katamu paling dewasa di Rafy
  17. Kau memperkenalkanku pada mas Parto dan kau menceritakan bahwa mas Parto adalah sahabat kecilmu yang paling setia
  18. Kau memaksaku untuk berkenalan dengan Yanti dan itu kuingat serta kuyakini salah satu suasana romantis kita ketika tanpa sadar kau peluk aku.

Kau sudah aku anggap lebih dari pacar atau calon suamiku, aku menerimamu lebih dari cinta dan sayangku padamu. Sehingga aku memandangmu adalah seorang lelaki yang:
1. Dewasa
2. Penyayang
3. Penyabar
4. Baik
5. Kuat
6. Santun
7. Rendah diri
8. Ceria
9. Pandai bercanda
Kau adalah lelaki HEBAT yang pernah kutemui, namun entah mengapa kau tak mau mengatakan ada apa sehingga kau diam dan memutuskan sesuatu secara sepihak? Bukankah apapun yang terjadi akan kita bicarakan bersama?
Katakanlah sayankquu... agar bebanmu ringan bersamaku. Memang rumah orangtuaku tidak ber-AC sehingga mungkin buat kamu tak nyaman. Hanya ada kipas angin.. dan jika kau yang mau, sayank... aku akan usahakan agar kau nyaman.

Wassalamualaikum Wr. Wb.
Selengkapnya...

Inspirasi Nailiz

Perjalanan 20 November 2011 hingga 31 Januari 2012 bukanlah yang mudah untuk dapat kulewati tanpa dia yang memberikan alasan yang pasti. Ditambah sisa-sisa diam yang dia torehkan sejak pertengahan Oktober 2011 membuat otak 'trauma'. Allah Rahman juga Rahim,, titik jalan mulai kutemui. Aku memang belum mengenal dia, siapa dia aku tidak tahu, hanya kehadirannya mampu menutup rasa cintanya padaku: tanpa kesalahan tanpa masalah. Aku salut dengan dia (dia memang hebat) ya! Dhitan tidak salah pilih, dia memang hebat.

Aku sempat curiga, barangkali ia hanya pelariannya saja. Curiga itu sedikit demi sedikit seiring berjalannya hari (walaupun harus kulalui dengan merangkak) terbantah.  Khalimatus: perempuan cantik, manis, dan smart bukanlah pelariannya. Ia kekasihnya yang sah. Rasa sesal melanda ketika ternyata aku tahu bahwa aku adalah perempuan selingkuhannya yang ke-3. Wowwww Amazing!


Aku membayangkan, bagaimana jika aku di posisi Khalimatus?
Jika aku tahu, aku pasti akan sakit. Sebagai seorang perempuan yang peka akan rasa. Hal itu pasti aku rasakan. Jarak Jakarta - Brebes seberapa jauhnya hingga harus selingkuh? #Mas Toha dan Lia aja yang Singapura - Pekalongan tak jadi soal.
Gusti, nyuwun direkso saking cobo...
Mungkin aku wanita yang tak terlalu peka, dari awal komitmen yang dibuat aku dan Dhitan adalah saling terbuka dan percaya dalam segala hal. Bukan kebohongan ini yang dibuat! Coba dari awal Dhitan ngomong bahwa dia mutusin aku gara-gara dia sudah yakin bahwa cewe'nya lebih ia cintai daripada aku/atau/dia ceritakan saja kondisi yang sebenarnya. Aku lebih bisa menerima daripada harus didiemin dan diberi alasan-alasan yang nggak logis!
ya Allah, Aku sangat bersalah dengan Khalimatus, aku sangat melukai perasaannya. kalau dari awal tau gini, aku tidak ingin membuat hatiku menjadi cinta dengan Dhitan. MEMANG, dengan Dhitan aku hanya punya dasar "kasihan/melas" aku pengen ngopeni, bukan memberatkan dia. Mangkanya aku menerima dia, namun seiring berjalannya waktu aku harus bisa mencintai dia karena dia semakin meyakinkanku untuk menjadikanku seorang isteri (Astaghfirullahal'adzim, ampuni dosa Dhitan, Ya Allah).
Penawaran yang tidak salah bukan? sampai detik-detik terakhirpun hatiku yang tersakiti masih saja memohonkan maaf untuknya. Hati ini tulus (aku baru bisa ngomong dan tau tulus setelah diputuskan) untuk menjadikan dia sebagai imam atau siapapun dalam hidupku. Walau belum lama aku mengenalnya namun aku juga mengerti bagaimana kondisi hidupnya.
Ketika sedang menjalin hubungan-pun, aku mengijinkan Dhitan dengan perempuan lain asal dia ngomong. Andai saja setelah menikah (gak hanya dengan Dhitan) aku mengijinkan suamiku menikah lagi jika berhasrat dengan wanita lain karena aku sadar, aku sadar bukanlah wanita yang sempurna yang mampu melayani suami secara maksimal.
Namun sekarang kondisinya lain, justeru aku yang ternyata menjadi pengacau hubungan mereka. Khalimatus, maafkan aku.
Aku bisa rela, asal ijin. Tapi bisa jadi kondisinya berbeda dengan perempuan lain. Apalagi wanita setabah Khalimatus.
Apakah aku ini tergolong orang kejam? orang skeptis? atau orang yang suka mempermainkan lelaki hingga ini yang aku terima? (yang jelas aku harus introspeksi diri)
Aku benar-benar merasa bersalah dengan Khalimatus, bagaimana cara aku bisa meminta maaf? bagaimana aku bisa menebus semua kesalahanku? (Ya Allah)

Sekarang, Aku bahagia dan berdoa semoga Khalimatus dengan Dhitan berjodoh dan tidak ada hati perempuan yang tersakiti lagi. Amien.
Selengkapnya...