Fruity Peach Heart -*- Nailiz Menulis -*-: TERNYATA AKU TELAH BERSALAH DENGAN ...
Inspirasi Nailiz

Perjalanan 20 November 2011 hingga 31 Januari 2012 bukanlah yang mudah untuk dapat kulewati tanpa dia yang memberikan alasan yang pasti. Ditambah sisa-sisa diam yang dia torehkan sejak pertengahan Oktober 2011 membuat otak 'trauma'. Allah Rahman juga Rahim,, titik jalan mulai kutemui. Aku memang belum mengenal dia, siapa dia aku tidak tahu, hanya kehadirannya mampu menutup rasa cintanya padaku: tanpa kesalahan tanpa masalah. Aku salut dengan dia (dia memang hebat) ya! Dhitan tidak salah pilih, dia memang hebat.

Aku sempat curiga, barangkali ia hanya pelariannya saja. Curiga itu sedikit demi sedikit seiring berjalannya hari (walaupun harus kulalui dengan merangkak) terbantah.  Khalimatus: perempuan cantik, manis, dan smart bukanlah pelariannya. Ia kekasihnya yang sah. Rasa sesal melanda ketika ternyata aku tahu bahwa aku adalah perempuan selingkuhannya yang ke-3. Wowwww Amazing!


Aku membayangkan, bagaimana jika aku di posisi Khalimatus?
Jika aku tahu, aku pasti akan sakit. Sebagai seorang perempuan yang peka akan rasa. Hal itu pasti aku rasakan. Jarak Jakarta - Brebes seberapa jauhnya hingga harus selingkuh? #Mas Toha dan Lia aja yang Singapura - Pekalongan tak jadi soal.
Gusti, nyuwun direkso saking cobo...
Mungkin aku wanita yang tak terlalu peka, dari awal komitmen yang dibuat aku dan Dhitan adalah saling terbuka dan percaya dalam segala hal. Bukan kebohongan ini yang dibuat! Coba dari awal Dhitan ngomong bahwa dia mutusin aku gara-gara dia sudah yakin bahwa cewe'nya lebih ia cintai daripada aku/atau/dia ceritakan saja kondisi yang sebenarnya. Aku lebih bisa menerima daripada harus didiemin dan diberi alasan-alasan yang nggak logis!
ya Allah, Aku sangat bersalah dengan Khalimatus, aku sangat melukai perasaannya. kalau dari awal tau gini, aku tidak ingin membuat hatiku menjadi cinta dengan Dhitan. MEMANG, dengan Dhitan aku hanya punya dasar "kasihan/melas" aku pengen ngopeni, bukan memberatkan dia. Mangkanya aku menerima dia, namun seiring berjalannya waktu aku harus bisa mencintai dia karena dia semakin meyakinkanku untuk menjadikanku seorang isteri (Astaghfirullahal'adzim, ampuni dosa Dhitan, Ya Allah).
Penawaran yang tidak salah bukan? sampai detik-detik terakhirpun hatiku yang tersakiti masih saja memohonkan maaf untuknya. Hati ini tulus (aku baru bisa ngomong dan tau tulus setelah diputuskan) untuk menjadikan dia sebagai imam atau siapapun dalam hidupku. Walau belum lama aku mengenalnya namun aku juga mengerti bagaimana kondisi hidupnya.
Ketika sedang menjalin hubungan-pun, aku mengijinkan Dhitan dengan perempuan lain asal dia ngomong. Andai saja setelah menikah (gak hanya dengan Dhitan) aku mengijinkan suamiku menikah lagi jika berhasrat dengan wanita lain karena aku sadar, aku sadar bukanlah wanita yang sempurna yang mampu melayani suami secara maksimal.
Namun sekarang kondisinya lain, justeru aku yang ternyata menjadi pengacau hubungan mereka. Khalimatus, maafkan aku.
Aku bisa rela, asal ijin. Tapi bisa jadi kondisinya berbeda dengan perempuan lain. Apalagi wanita setabah Khalimatus.
Apakah aku ini tergolong orang kejam? orang skeptis? atau orang yang suka mempermainkan lelaki hingga ini yang aku terima? (yang jelas aku harus introspeksi diri)
Aku benar-benar merasa bersalah dengan Khalimatus, bagaimana cara aku bisa meminta maaf? bagaimana aku bisa menebus semua kesalahanku? (Ya Allah)

Sekarang, Aku bahagia dan berdoa semoga Khalimatus dengan Dhitan berjodoh dan tidak ada hati perempuan yang tersakiti lagi. Amien.

3 Responses
  1. Bunda sylaa Says:

    aduch,tulisannya menarik,tp aku ga bisa baca...kekecilan:)


  2. Unknown Says:

    Dan pasti akan tiba saatnya..
    Dimana kita harus melepaskan orang yang kita cintai..
    Bukan karena dia berhenti mencintai kita..
    Tapi karena kita yakin..
    Bahwa dia akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya..
    Mungkin hanya ini yang dapat aku persembahkan..
    Karena tak sajak ataupun lukisan yang mampu menggambarkan keindahan rasa sakit..

    (Ki Djoko Dipawijaya)


  3. @bu Atma : tetimakasih, saya coba benahi.

    @Ki Lurah : sakit itu indah karena tidak selalu datang. yang datang adalah warna


Posting Komentar