Fruity Peach Heart -*- Nailiz Menulis -*-: Pancaran Dluha
Inspirasi Nailiz

Kala itu, aku memang masih terpenjara dalam kegelapan, tanpa kutemui fajar yang 'tertnyata' setiap hari menyapaku dengan penuh semangat. Ya! hanya gelap yang aku rasa dan tiba-tiba mengenal terang dalam bayang.
Namaku, Sunayya. Orang biasa memanggilku Nay. Ini adalah awal dari perjalananku lepas dari penjara manusia. Bebas, lepas karena manusia hanya seonggok nafas jiwa yang tersesat. Tersesat di penjara ini. Disaat mereka asik dengan kehidupannya, aku hanya bisa merasakan pahitnya tersiksa.
"Manusia rakus!"
Walau kusadari ternyata aku lebih rakus dari manusia. Jiwaku terkumpul dari sisa renik yang bernyawa maya, namun aku suka. Jika aku lapar, makananku adalah diriku sendiri tanpa sisa kemudian tumbuh lagi jika aku merasa lapar. Hal itu terjadi berabad-abad sebelum Surayya, si cantik itu lahir.
Bersamaan dengan Surayya lahir, ada seberkas sinar yang menusuk jantungku dan membuat keras jiwaku. Sehingga ia tak pernah habis untukku makan, Walau masih saja RAKUS! lama-lama sinar itu semakin luas, dan aku mampu melihat wujud nyata manusia. Mereka bergerak sama memenuhi altar yang dihiasi dengan hijau.

"Itu masjid"
Surayya cantik menunjukkan lalu mengajakku mendekati mereka. Aku menolak. Aku takut bertemu dengan manusia lagi seperti di penjara. Eh eh sebentar. ini bukan manusia yang aku lihat di penjara itu. manusia ini kecil dan sepertinya lemah dan mudah aku injak.
"Sabarlah, Nay. Mereka punya kekuatan mahadahsyat daripada yang pernah kau temui"
Aku tak percaya. Kuinjak kerumunan manusia kecil setelah itu aku akan mengobrak-abrik mereka dari persekutuan. Tapi DAHSYAT! belum sampai kakiku menginjak, sinar yang muncul dari tiap jiwa mereka mendorongku terpental hingga ribuan meter.
Aku terbaring lemas pada sesosok manusia yang masih berperilaku sama dengan sebelumnya. Karena hanya satu, akan kugenggam dia. namun belum sampai tanganku menyentuhnya, aku mendengar suara: Suara itu merdu. Aku belum pernah mendengarnya. Tanganku jadi terhenti dan aku hanya diam memperhatikan tiap suara yang manusia itu ucapkan.

Banyak kudengar kata "Allah" dan "Dluha". Siapa mereka hingga selalu disebut manusia itu?
Setiap hari Surayya semakin mengikuti mereka. Aku berhenti dalam tiap nafas manusia. Apa keistimewaan makhluk kecil itu hingga mampu memancarkan cahaya?
Dluha, Dluha, Dluha aku mengingat kata itu. Semakin dapat kumelihat manusia dan 'mungkin' itu istana mereka. Menirukannya membuat aku merasa sempurna dalam terang. Ya! dari Pancaran Dluha.

Label: , , edit post
0 Responses

Posting Komentar